Profil


Ma'haduna



Sejenak kita akan menelusuri kota Bangil. Kota yang berada sekitar 40 km dari ibukota propinsi Jatim. Yang terkenal sebagai kota santri dari sisi perilaku keberagamaan, Bangil potret daerah yang homogen, yaitu masyarakat yang agamis. Setiap pagi hingga petang nuansa santri begitu kental. Di kota bordir ini, banyak di jumpai toko-toko kitab agama yang menjadi jujukan para santri di beberapa pondok pesantren di jawa timur. Berjejer juga beberapa toko yang menjual peralatan ibadah, aksesoris santri dan pesantren. Hal itu memperkuat posisi kota Bangil sebagai kota santri.
            Di antara beberapa pesantren sunni yang komitmen terhadap akidah ahli sunnah wal jama'ah adalah Ma'had Darul Ihya' Li'ulumiddin Kauman Bangil, pesantren ini berada pas di jantung kota tepatnya di sebelah utara masjid Jami' dan alun-alun. Untuk menuju pesantren ini harus melintasi gang-gang yang banyak, wajah-wajah indo-arab berlalu lalang, karena lokasi berada di perkampungan arab keturunan. Demikian pula pesantren ini juga di asuh oleh seorang Habib yang tidak asing lagi bagi masyarakat Bangil yaitu Al-Fadhil Al-Habib Ahmad bin Husein Assegaf.
            Ma'had darul ihya' ulumiddin mungkin tergolong baru di antara deretan nama pesantren yang menjamur di kota santri ini. Namun nama Habib Ahmad sudah cukup bersahabat, utamanya bagi masyarakat santri yang gemar mengaji dan dekat dengan para Habaib.
            Sejarah pesantren ini berawal dari kedatangan Habib Ahmad dari tanah suci, setelah sekian tahun menuntut ilmu kepada seorang pakar Hadits di tanah Haram yaitu Prof.Dr.Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Habib Ahmad akhirnya pulang ke Bangil, kepulangannya bersama sahabat seperguruannya yang sama-sama mengaji pada Abuya Maliki, yaitu K.H. Abdul Muis Turmudzi [MUI bondowoso] yang cukup berkesan bagi Habib Ahmad dan masyarakat Bangil kepulangan beliau diantar langsung oleh sang guru, Abuya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki bahkan sampai ke rumah kediamannya. Sungguh kenangan yang terindah yang tak mungkin terlupakan.
            Setelah kepulangannya dari Makkah, Habib Ahmad mulai mengajar dan merintis pesantren bersama Habib Hasan Baharun. Pesantren tersebut berada di daerah Raci Bangil dan kemudian dikenal dengan nama Ma'had Darul lughah Wad Da'wah. Selam kurang lebih 25 tahun Habib Ahmad berkhidmat dan mengajar di pesantren tersebut.
            Setelah wafatnya Habib Hasan Baharun, pada tahun 2001 Habib Ahmad merintis pesantren sendiri. Lokasinya tepat berada di jantung kota Bangil dan bersebelahan dengan rumah kediaman beliau. Ma'had baru tersebut dibangun atas swadaya masyarakat tanpa ada bantuan dari pihak pemerintahan. Kemudian pesantren yang menjadi pusat pembentengan akidah Ahlussunnah tersebut diberi nama Pondok Pesantren Darul Ihya' Liulumiddin.
            Dipilihnya nama ini berangkat dari beberapa landasan prinsipil. Diantaranya adalah sengaja mengutip nama sebuah kitab monumental karya Imam al-Ghazali, yaitu kitab Ihya' Ulumuddin.
Alasan yang lain, beliau mengharap mendapatkan berkah dari pengajian kitab Ihya Ulumuddin yang didirikan dan diresmikan oleh al-Habib al-Qutb Abu Bakar  bin Muhammad Assegaf Gresik. Pengajian itu telah dibina secara turun temurun dari para datuk beliau, dan sekarang dibina oleh Habib Ahmad Assegaf.
Metode tarbiyah salaf
Pondok Pesantren Darul Ihya' Li'ulumiddin yang langsung di asuh oleh Habib Ahmad, merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berpegang teguh terhadap ajaran Salaf. Oleh karena itu, Pondok Darul Ihya' Li'ulumiddin memfokuskan pengajaran dari kitab-kitab klasik [kitab kuning]. Berbagai macam disiplin ilmu yang diajarkan, mulai dari bidang grammar bahasa Arab [nahwu/shorof], meliputi kitab Ibnu 'Aqil, Mutammimah Ajurumiyah, Imrithi, Amtsilah Tashrifiyah dan Nadhom Maqsud. Bidang Fiqh yang meliputi kitab Fathul Mu'in,Anwarul masalik, Matan Zubad, Fathul Qarib dan Mabadi' Fiqhiyah. Juga berbagai macam disiplin ilmu lainnya yang meliputi Tasauf, Tafsir, Ulumul Qur'an, Musthalahul Hadist, Hadist, Ushul Fiqh, Mantiq, Balaghah, Tajwid, Tasawwuf, Faro'idl serta materi 'Arud [ilmu tata irama puisi Arab].
Habib Ahmad dalam kesehariannya rutin memimpin dirasah kitab Ihya ulumiddin yang dilaksanakan setiap pagi di kediaman beliau. Sebagian besar yang menghadiri dirasah itu adalah santri-santri senior Darul Ihya' yang memiliki kemampuan membaca dan memahami kitab yang diunggulkan. Selain membina pengajian kitab Ihya, Habib Ahmad juga membina pengajian kitab Hikam pada Jum'at sore yang dihadiri ratusan jamaah dari berbagai kawasan, baik dari dalam kota maupun luar kota Bangil.
Ponpes yang telah berjalan lebih sepuluh tahun ini berkembang dengan pesat dan terus maju seiring kemajuan zaman. Pondok Pesantren Darul Ihya' Li'ulumiddin telah memiliki bangunan permanent, terdiri dari tujuh ruangan kamar, tujuh ruang kelas,  satu ruangan kantor dan satu ruangan mushalla. Hingga sekarang jumalah santri Pondok Pesantren Darul Ihya' mencapai sekitar seratus tiga belas orang, yang berasal dari berbagai daerah di nusantara seperti, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Palembang, Jambi dan Jakarta.
Dalam rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar, Ponpes Darul Ihya' menerapkan rutinitas yang terkordinir dengan jadwal yang langsung ditentukan oleh pengasuh. Dalam hal ini, maka diadakan kegiatan Muhadharoh [ceramah dan orasi] yang dilaksanakan setiap malam ahad dan merupakan kegiatan inti dalam rangka membina para santri untuk dapat terjun dalam melaksanakan dakwah di tengah masyarakat. Pondok juga mengadakan forum bahtsul masail dan musyawarah untuk melatih para santri memecahkan masalah-masalah fiqhiyah yang terjadi di masyarakat dengan refrensi yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Dan untuk mewadahi bakat para santri ,Pondok Pesantren Darul Ihya'  juga mempunyai mading {majalah dinding} yang terbit sebulan tiga kali. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari para santri, Pondok Pesantren Darul Ihya' membina badan usaha berupa wartel dan koperasi.
Seperti lazimnya ponpes salaf, Pondok ini juga menggunakan sistem halaqah yang merupakan bagian mendasar dalam proses belajar mengajar dan untuk menyesuaikan kemampuan santri dibentuk empat jenjang I’dadi 1 tahun, Ibtidai 3 tahun, Tsanawi 3 tahun dan Aliyah 2 tahun . sedangkan untuk kelulusan santri tergantung kepada pengasuh pondok Abuya Alhabib Ahmad bin Husein Assegaf. Selain itu pembacaan aurad juga merupakan rutinitas yang harus diikuti semua santri tanpa terkecuali. Mulai dari membaca al-Wirdul Lathif, Hizbul Bahar, Ratib al-Haddad, dan aurad lainnya yang terhimpun dalam sebuah risalah yang disusun oleh pengasuh dan beliau beri nama Al-Anwar ash-Shathi'ah wa Saiful Qathi'ah. Wirid yang paling dominan dan merupakan yang paling ditekankan oleh pengasuh adalah pembacaan Shalawat Nariyah.
Pondok Pesantren Darul Ihya' Li'ulumiddin berdiri dalam rangkan membentuk kepribadian muslim yang berakhlak dan beradab luhur dengan berpengetahuan agama yang luas serta tetap  berpegang teguh dengan ajaran para Salaf yang berazaskan faham Ahlussunnah Wal Jama'ah.






DATA PONDOK PESANTREN DARUL IHYA LIULUMIDDIN

  1. Nama Pondok Pesantren          : DARUL IHYA LIULUMIDDIN
  2. Visi & Misi Pesantren               : Mencetak santri menjadi hamba Allah yang shaleh yang meneladani Rasulullah dan para salafussalihin, berlandaskan pada aqidah ahlussunnah waljamaah
  3. Alamat Pesantren                      : -Jalan: Jl. Musing No: 59
-Kelurahan: Bendomungal
-Kecamatan Bangil
-Kabupaten: Pasuruan
-Provinsi Jawa Timur
                   
  1. No Telepon                              : (0343) 742086
  2. Tanggal Berdiri                         : 12- Rabiul Awal-1422 H / 04-Juni-2001M

Template by: